Ini adalah
nasihat lama dari seorang yang belum pernah aku temui. Nasihat yang kutemukan
kembali dari sebuah majalah kesayangan. Dari seonggok rak tua yang lapuk
dimakan rayap dan usia. Majalah yang selalu kucari ketika liburan tiba. Aku tak
pernah bosan membacanya karena Ada energi positif yang mengalir disetiap
baitnya. Membuatku semakin yakin selalu ada pelajaran berharga disetiap sudut
tersembunyi dari kehidupan.
SENYUM
Oleh : Muhammad Nuh
Disebuah kebun
binatang, seekor burung nuri menjadi pusat perhatian rekan-rekannya. Mulai dari
kutilang, elang, gelatik, juga perkutut. Mereka begitu heran dngan perilaku
nuri yang agak lain. Entah kenapa, nuri tiba-tiba kehilangan senyum. Padahal,
tak ada burung yang lebih gampang senyum daripada nuri.
“apa nuri sakit?”
tanya kutilang suatu kali. Pertanyaan ini terlontar karena flu burung memang
sedang marak. Siapapun bisa kena. Apalagi burung itu sendiri. Dan, nuri cuma
menggeleng. Itu pertanda kalau masalah bukan soal pasangan . tapi, senyum nuri
tak kunjung datang. Ia tetap saja dingin.
Bukan Cuma
rekan-rekan sesama burung yang merasa kehilangan. Seluruh isi kebun binatangpun
tak lagi bisa menemukan senyum indah itu. Termasuk juga manusia yang datang
berkunjung. Mereka Cuma bisa menatap nuri sebagai burung yang pendiam. Tak ada
celoteh. Tak ada canda apalagi senyum.
“gerangan apa
yang merenggut senyummu, nuri?” tanya kutilang akhirnya berterusterang. Nuri
masih diam. Ia seperti tak bereaksi. Sesaat kemudian, iapun membalikkan
wajahnya ke arah rekan-rekannya. “temanku,” ucapnya nyaris tak terdengar.
“belakangan ini, aku memang berat untuk senyum. Senyumku terkubur oleh senyum
para manusia.” Tambah nuri lebih jelas. Tapi jawaban itu justru membingungkan
yang lain. “maksudmu?” tanya rekan-rekan nuri bersamaan.
“Sejak oktober
bermula, aku perhatikan kalau manusia manapun yang kujumpai selalu cemberut.
Termasuk yang tiap hari mengurus kandangku. Aku berusaha menghibur dengan
senyum, celoteh dan gurauan. Tapi, mereka semua diam. Cuma sorot mata mereka
yang bicara. Dan itu soal kesedihan. Aku merasa kalau senyumku Cuma sia-sia!”
ungkap nuri yang kemudian diam seribu bahasa.
***
Ada satu hal yang mengandung
seribu satu makna sebagai cerminan hati yang begitu dalam. Dari situlah tampak
sinyal bahagia, puas, lepas. Dan disitu pula sebuah tanda soal lancar tidaknya jalan hidup
seseorang tertangkap. Itulah dia : senyum.
Namun ketika potret hati sedang
suram , senyum menjadi suatu hal yang mahal. Wajar jika senyum terukur sebagai
sedekah.
Saat ini, banyak bibir yang
mungkin sulit tersenyum. Ada banyak potret hati yang cenderung suram, bahkan
gelap. Bersedekahlah agar bibir-bibir itu mampu tersenyum. Bersedekahlah agar
orang bisa bersedekah. Dan itu merupakan
sedekah yang amat mahal. Terlebih jika sipembuat senyum sebenarnya juga sedang
suram.
Saatnya, membuat saudara kita
bisa tersenyum. Walau sebenarnya, kita sendiri sedang sulit untuk tersenyum.
Saatnya, membuat nuri-nuri yang biasa tersenyum menjadi tetap tersenyum.
Sumber : Majalah SAKSI NO.5/TAHUN VIII/16 NOVEMBER 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar